Di tengah hiruk-pikuk kota yang tak pernah tidur, ruang-ruang publik menjadi titik temu berbagai latar belakang manusia. Di sinilah, sejatinya, watak asli seseorang terlihat—bukan dari pakaian, jabatan, atau gadget di tangan, tapi dari caranya bersikap terhadap orang lain.

Belakangan ini, masyarakat dihebohkan oleh insiden yang melibatkan tindakan tidak menyenangkan di salah satu transportasi umum. Seorang pengguna bersikap agresif terhadap penumpang lain, memicu keresahan dan menyulut percakapan di berbagai platform. Meski sekilas tampak sepele, kejadian ini mencerminkan krisis empati yang mulai mengikis ruang sosial kita.

Langkah cepat pihak pengelola layanan dengan melarang pelaku kembali menggunakan fasilitas adalah sinyal tegas bahwa keamanan dan kenyamanan penumpang tidak bisa ditawar. Ini juga jadi momentum bagi kita semua untuk meninjau ulang cara kita hadir di ruang bersama.

Tak butuh gelar tinggi untuk bersikap sopan. Cukup dengan memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Ucapan yang ramah, memberi ruang, atau hanya diam saat emosi meluap—hal-hal kecil ini bila dilakukan bersama akan mengubah atmosfer kota jadi lebih manusiawi.

Ruang publik bukan hanya tempat lalu lalang manusia, tapi cermin kepribadian kolektif. Semoga dari kejadian ini, kita belajar bahwa menjadi warga yang beradab dimulai dari hal paling sederhana: tahu batas, tahu diri, dan tahu cara menghargai orang lain.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

I'm Emily

Welcome to Nook, my cozy corner of the internet dedicated to all things homemade and delightful. Here, I invite you to join me on a journey of creativity, craftsmanship, and all things handmade with a touch of love. Let's get crafty!

Let's connect